Ketika seseorang telah melakukan perbuatan negatif, maka saat itulah "raksasa" menguasai raga manusia..
Menyimak sejarah lahirnya, dari
merayakan Tahun Saka kita memperoleh suatu nilai kesadaran dan toleransi yang
selalu dibutuhkan umat manusia di dunia ini, baik sekarang maupun pada masa
yang akan datang. Umat Hindu dalam zaman modern sekarang ini adalah berenang di
lautan perbedaan. Persamaan dan perbedaan merupakan kodrat. Persamaan dan
perbedaan pada zaman modern ini tampak semakin eksis dan bukan merupakan
sesuatu yang negatif.
Persamaan dan perbedaan akan
selalu positif apabila manusia dapat memberikan proporsi dengan akal dan budi
yang sehat. Brata Penyepian adalah untuk umat yang telah mengkhususkan diri
dalam bidang kerohanian. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai Nyepi dapat
dijangkau oleh seluruh umat Hindu dalam segala tingkatannya. Karena agama diturunkan
ke dunia bukan untuk satu lapisan masyarakat tertentu.
Sejak tahun 1980-an,
umat mengusung ogoh-ogoh yaitu patung raksasa. Ogoh-ogoh yang dibiayai dengan
uang iuran warga itu kemudian dibakar. Pembakaran ogoh-ogoh ini merupakan
lambang nyomia atau menetralisir Bhuta Kala, yaitu unsur-unsur kekuatan jahat.
Ogoh-ogoh yang dibuat pada perayaan Nyepi ini merupakan perwujudan Bhuta Kala,
yakni unsur alam yang terdiri dari air, api, cahaya, tanah, dan udara yang
divisualkan dalam wujud yang menyeramkan, karena jika kekuatan alam itu
berlebihan tentunya akan menjadi kekuatan yang merusak.
Ogoh-ogoh sebetulnya
tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Patung yang
dibuat dengan bambu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana itu merupakan
kreativitas dan spontanitas masyarakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak
untuk memeriahkan upacara ngerupuk. Karena tidak ada hubungannya dengan Hari
Raya Nyepi, maka jelaslah ogoh-ogoh itu tidak mutlak ada dalam upacara
tersebut. Namun benda itu tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan
upacara dan bentuknya agar disesuaikan, misalnya berupa raksasa yang
melambangkan Bhuta Kala.
Karena bukan sarana
upacara, ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai serta tidak
mengganggu ketertiban dan keamanan. Selain itu, ogoh-ogoh itu jangan sampai
dibuat dengan memaksakan diri hingga terkesan melakukan pemborosan. Karya seni
itu dibuat agar memiliki tujuan yang jelas dan pasti, yaitu memeriahkan atau
mengagungkan upacara. Ogoh-ogoh yang dibuat sing malam oleh sejumlah warga
banjar itu harus ditampilkan dengan landasan konsep seni budaya yang tinggi dan
dijiwai Agama Hindu.
Ini adalah contoh
beberapa ogoh-ogoh :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar