bedah buku:
WANITA BALI TEMPO DOELOE
(Perspektif Masa Kini)
Penulis : Nyoman Darma Putra
Dalam pandangan masa kini, kehidupan / kiprah wanita Bali tempo doeloe hingga kini masih diperbincangkan,
menyangkut persamaan gender dan perjuangan mereka. Bagaimana mereka berbicara menuntut
keadilan? Adakah wanita Bali lemah, pendiam, terbelakang dan nrimo? Atau, justru agresif dan
pemberani dalam memperjuangkan aspirasi kaumnya untuk mencapai kesetaraan
gender……
Semua jawaban terhadap pertanyaan
tersebut terungkap dalam buku baru tentang wanita Bali, yang berjudul Wanita
Bali Tempo Doeloe, Perspektif Masa Kini karya I Nyoman Darma Putra.
Sesuai dengan bagian judulnya (Perspektif Masa Kini) buku ini ditulis
untuk memberikan
gambaran dari berbagai aspek tentang eksistensi wanita Bali tempo doeloe sebagai pandangan masa
kini. Di
dalamnya ditunjukkan bukti-bukti tertulis yang menyatakan bahwa wanita Bali tempo doeloe, sejak zaman kolonial,
sudah aktif berserikat dan memperjuangkan aspirasi kaumnya. Kalau ada yang
mengatakan bahwa wanita Bali bersifat pasif, nrimo, atau berpangku tangan saja tanpa memperjuangkan nasibnya
atau nasib kaumnya dalam kehidupan sosial, tentulah keliru. Dalam
buku ini, penulis tegas mengungkapkan bahwa wanita Bali “tempo doeloe” sangat
vokal dan berani menyampaikan aspirasinya. Buktinya? _Mereka berani berserikat
membentuk organisasi sosial untuk menolong kaumnya, baik lewat pendidikan
maupun gerakan sosial memprotes ketidakadilan gender yang menomorduakan wanita.
Yang dimaksud ”tempo doeloe” dalam buku ini adalah era dari zaman kolonial
(1930) sampai dengan dekade awal kemerdekaan, (1950-an).
Bagian
awal buku berjudul: “Nyatanya Mereka Bicara!”. Jelas yang dimaksud “mereka”
pada judul adalah Wanita Bali. Media
massa merupakan salah satu arena penting bagi kaum wanita Bali untuk mengangkat
masalah-masalah yang mereka hadapi atau menyuarakan keprihatinan yang dihadapi
kaumnya. Media masa tersebut antara lain ; Surya
kanta, Djatajoe, Bhakti, dan Damai. Buku ini merupakan hasil penggalian
maksimal (penyelamatan teks) atas artikel-artikel tentang wanita Bali dari arsip-arsip
majalah-majalah tersebut. Dengan menampilkan rangkuman pemikiran dan
artikel-artikel wanita Bali tentang isu gender, buku ini bermaksud mencapai 2
hal ; pertama, menyelamatkan tulisan-tulisan yang dibuat wanita Bali tempo doeloe. Kedua, agar apa yang
disampaikan wanita Bali dahulu bisa dijadikan bahan renungan atau materti diaog
dalam wacana tentang kesetaraan gender yang kian ramai dalam kehidupan sosial
dewasa ini. Selain 2 hal itu, buku ini juga menunjukkan bahwa wanita Bali tempo doeloe nyatanya aktif bicara!
Dalam
buku ini, terdapat bagian yang diulas dengan judul “Wanita Bali 1930-an : Apa kata
Mereka?”. Bagian ini memuat artikel-artikel yang ditulis wanita Bali dahulu
yang dicampur dengan rangkuman pemikiran penulis yang memuat bentuk pergerakan wanita Bali serta permasalah yang
terjadi pada dekade 1930-an. pergerakan
/ permasalahan tersebut dibagi menjadi beberapa bab. Contoh permasalahan yang
terjadi antara lain; 1)Poligami-angka poligami pada dekade 1930-an tinggi
sekali. Hal ini disebabkan karena wanita Bali pada masa itu masih terbilang
polos dan gampang diolok-olok oleh para suami.
2)Protes Citra telanjang data-citra Bali sebagai pulau wanita telanjang
dada atau the island of bare breast membuat
aktivis wanita Bali pada masa itu naik pitam. Aspirasi mereka dituangkan
melalui tulisan. Mereka melontarkan agar pemerintah dan masyarakat menghentikan
pemakaian potret wanita tanpa busana. Berikut adalah kutipan bentuk aspirasi
mereka ; “. . . .lihat saja bagaimana
orang asing memandang kami. Di sana-sini, di dalam, baik-pun di luar kota tiada
kurang terdapat potret-potret bangsa kami. . .yang telanjang bulat,
dipertontonkan di muka ramai. Dengan uang setali-dua tali, bangsa kami dipermainkannya,
dianggapnya boneka saja untuk menghiburkan hatinya.”
Diluar
permasalahan yang terjadi, pergerakan yang dilakukan wanita Bali juga tak kalah
hebatnya. Pada masa itu, sudah banyak wanita Bali yang bersekolah dan akhirnya
menjadi aktivis. Mereka mendirikan suatu gerakan yang dinamakan Gerakan “Poetri
Bali” Sadar dan beberapa gerakan kewanitaan lainnya. Bentuk-bentuk perjuangan
mereka antara lain ; berjuang dengan pena,
memberantas buta aksara, memberikan pendidikan, dan mengasosiasikan
bahwa wanita Bali tempo doeloe “Bukan
Barang Tak Berguna!!!!!!”
Selain
dekade 1930-an. Buku ini juga menyajikan bagian yang mengulas tentang wanita Bali dekade 1950-an,
dengan judul : “Wanita Bali 1950-an
: Apa Kata Mereka?”. Sama dengan bagian sebelumnya, bagian ini juga menyajikan
kumpulan beberapa artikel wanita Bali dahulu yang dicampur dengan rangkuman
pemikiran penulis yang memuat permasalahan dan pergerakan yang dilakukan wanita
Bali pada dekade 1950-an. Permasalahan yang terjadi antara lain ; dampak
negatif dari kemajuan yang berpengaruh terhadap wanita Bali. Permasalahan
tersebut diurai dalam beberapa artikel. Contohnya : 1)Kalau Wanita Terlalu
Maju, 2)Dalam Wacana Pelacuran, 3)Gadis seharga Rp.1000, 4) Antara Mode Pakaian
dan Kesusilaan, 5)Jangan Berbuah Sebelum Masa. Melalui artikel-artikel tersebut
penulis menuangkan keprihatinannya. Contohnya pada artikel “Jangan Berbuah
Sebelum Masa” artinya _mengandung sebelum kawin. masalah ini tidak dapat
dipisahkan dengan gejala hubungan seks pranikah. Persamaan dari permasalahan
adalah hampir semua penulis artikel (dahulu) menilai pengaruh buruk yang
terjadi pada masa itu dikarenakan adanya pengaruh dari luar, seperti aksi-aksi
dalam film barat, kebiasaan berdansa dan lainnya.
Lony_VierneufA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar