Senin, 27 Februari 2012

Bedah Buku "Wanita Bali Tempo Doeloe"


bedah buku:

WANITA BALI TEMPO DOELOE
(Perspektif Masa Kini)
Penulis : Nyoman Darma Putra
Dalam pandangan masa kini, kehidupan / kiprah wanita Bali tempo doeloe hingga kini masih diperbincangkan, menyangkut persamaan gender dan perjuangan mereka. Bagaimana mereka berbicara menuntut keadilan? Adakah wanita Bali lemah, pendiam, terbelakang dan nrimo? Atau, justru agresif dan pemberani dalam memperjuangkan aspirasi kaumnya untuk mencapai kesetaraan gender……
Semua jawaban terhadap pertanyaan tersebut terungkap dalam buku baru tentang wanita Bali, yang berjudul Wanita Bali Tempo Doeloe, Perspektif Masa Kini karya I Nyoman Darma Putra.
Sesuai dengan bagian judulnya (Perspektif Masa Kini) buku ini ditulis untuk memberikan gambaran dari berbagai aspek tentang eksistensi wanita Bali tempo doeloe sebagai pandangan masa kini.  Di dalamnya ditunjukkan bukti-bukti tertulis yang menyatakan bahwa wanita Bali tempo doeloe, sejak zaman kolonial, sudah aktif berserikat dan memperjuangkan aspirasi kaumnya. Kalau ada yang mengatakan bahwa wanita Bali bersifat pasif, nrimo, atau berpangku tangan saja tanpa memperjuangkan nasibnya atau nasib kaumnya dalam kehidupan sosial, tentulah keliru. Dalam buku ini, penulis tegas mengungkapkan bahwa wanita Bali “tempo doeloe” sangat vokal dan berani menyampaikan aspirasinya. Buktinya? _Mereka berani berserikat membentuk organisasi sosial untuk menolong kaumnya, baik lewat pendidikan maupun gerakan sosial memprotes ketidakadilan gender yang menomorduakan wanita. Yang dimaksud ”tempo doeloe” dalam buku ini adalah era dari zaman kolonial (1930) sampai dengan dekade awal kemerdekaan, (1950-an).
Bagian awal buku berjudul: “Nyatanya Mereka Bicara!”. Jelas yang dimaksud “mereka” pada judul adalah Wanita Bali. Media massa merupakan salah satu arena penting bagi kaum wanita Bali untuk mengangkat masalah-masalah yang mereka hadapi atau menyuarakan keprihatinan yang dihadapi kaumnya. Media masa tersebut antara lain ; Surya kanta, Djatajoe, Bhakti, dan Damai. Buku ini merupakan hasil penggalian maksimal (penyelamatan teks) atas artikel-artikel tentang wanita Bali dari arsip-arsip majalah-majalah tersebut. Dengan menampilkan rangkuman pemikiran dan artikel-artikel wanita Bali tentang isu gender, buku ini bermaksud mencapai 2 hal ; pertama, menyelamatkan tulisan-tulisan yang dibuat wanita Bali tempo doeloe. Kedua, agar apa yang disampaikan wanita Bali dahulu bisa dijadikan bahan renungan atau materti diaog dalam wacana tentang kesetaraan gender yang kian ramai dalam kehidupan sosial dewasa ini. Selain 2 hal itu, buku ini juga menunjukkan bahwa wanita Bali tempo doeloe nyatanya aktif bicara!
Dalam buku ini, terdapat bagian yang diulas dengan judul “Wanita Bali 1930-an : Apa kata Mereka?”. Bagian ini memuat artikel-artikel yang ditulis wanita Bali dahulu yang dicampur dengan rangkuman pemikiran penulis yang memuat bentuk  pergerakan wanita Bali serta permasalah yang terjadi  pada dekade 1930-an. pergerakan / permasalahan tersebut dibagi menjadi beberapa bab. Contoh permasalahan yang terjadi antara lain; 1)Poligami-angka poligami pada dekade 1930-an tinggi sekali. Hal ini disebabkan karena wanita Bali pada masa itu masih terbilang polos dan gampang diolok-olok oleh para suami.  2)Protes Citra telanjang data-citra Bali sebagai pulau wanita telanjang dada atau the island of bare breast membuat aktivis wanita Bali pada masa itu naik pitam. Aspirasi mereka dituangkan melalui tulisan. Mereka melontarkan agar pemerintah dan masyarakat menghentikan pemakaian potret wanita tanpa busana. Berikut adalah kutipan bentuk aspirasi mereka ; “. . . .lihat saja bagaimana orang asing memandang kami. Di sana-sini, di dalam, baik-pun di luar kota tiada kurang terdapat potret-potret bangsa kami. . .yang telanjang bulat, dipertontonkan di muka ramai. Dengan uang setali-dua tali, bangsa kami dipermainkannya, dianggapnya boneka saja untuk menghiburkan hatinya.”
Diluar permasalahan yang terjadi, pergerakan yang dilakukan wanita Bali juga tak kalah hebatnya. Pada masa itu, sudah banyak wanita Bali yang bersekolah dan akhirnya menjadi aktivis. Mereka mendirikan suatu gerakan yang dinamakan Gerakan “Poetri Bali” Sadar dan beberapa gerakan kewanitaan lainnya. Bentuk-bentuk perjuangan mereka antara lain ; berjuang dengan pena,  memberantas buta aksara, memberikan pendidikan, dan mengasosiasikan bahwa wanita Bali tempo doeloe “Bukan Barang Tak Berguna!!!!!!”
Selain dekade 1930-an. Buku ini juga menyajikan bagian yang  mengulas tentang wanita Bali dekade 1950-an, dengan judul : Wanita Bali 1950-an : Apa Kata Mereka?”. Sama dengan bagian sebelumnya, bagian ini juga menyajikan kumpulan beberapa artikel wanita Bali dahulu yang dicampur dengan rangkuman pemikiran penulis yang memuat permasalahan dan pergerakan yang dilakukan wanita Bali pada dekade 1950-an. Permasalahan yang terjadi antara lain ; dampak negatif dari kemajuan yang berpengaruh terhadap wanita Bali. Permasalahan tersebut diurai dalam beberapa artikel. Contohnya : 1)Kalau Wanita Terlalu Maju, 2)Dalam Wacana Pelacuran, 3)Gadis seharga Rp.1000, 4) Antara Mode Pakaian dan Kesusilaan, 5)Jangan Berbuah Sebelum Masa. Melalui artikel-artikel tersebut penulis menuangkan keprihatinannya. Contohnya pada artikel “Jangan Berbuah Sebelum Masa” artinya _mengandung sebelum kawin. masalah ini tidak dapat dipisahkan dengan gejala hubungan seks pranikah. Persamaan dari permasalahan adalah hampir semua penulis artikel (dahulu) menilai pengaruh buruk yang terjadi pada masa itu dikarenakan adanya pengaruh dari luar, seperti aksi-aksi dalam film barat, kebiasaan berdansa dan lainnya.
Lony_VierneufA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar